Pertemuan Advokasi Program Pengendalian Penyakit Zooosis (Antraks) dengan Pendekatan One Health


Pada tanggal 25 Juli 2023, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah melaksanakan Pertemuan Advokasi Program Pengendalian Penyakit Zooosis (Antraks) dengan Pendekatan One Health di Gedung Girimanik, Kantor Sekretariat Daerah Kab. Wonogiri. Pertemuan ini dihadiri oleh petugas medis dari rumah sakit dan puskesmas, perwakilan dari lintas sektor, lintas program, dan tokoh masyarakat sebagai bentuk antisipasi terhadap penularan antraks di Kabupaten Wonogiri. Pertemuan ini dihadiri oleh dr. Dwi Amalia, M.P.H. dan Septi Supriyatin, Amd.K.L. dari Substansi SE beserta Yeni Yuliani, S.Tr.Kes. dan Indri Nurdiyanti A.Md.K.L. dari Substansi ADKL sebagai perwakilan dari BBTKLPP Yogyakarta.

Pertemuan dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Wonogiri, dr. Setyarini, M.Kes. Dalam sambutannya, disampaikan bahwa Kabupaten Wonogiri perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan antraks, mengingat Kabupaten Wonogiri terletak pada jalur lalu lintas hewan ternak dari Jawa Timur ke D.I. Yogyakarta, dan Kabupaten Wonogiri berbatasan langsung dengan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Gunungkidul, yang saat ini sedang mengalami kenaikan kasus antraks. Materi 1 disampaikan oleh Agus Nurrohman, S.K.M., M.Kes. dengan judul Penyakit Zoonosis Prioritas pada Manusia. Dijelaskan bahwa penyakit zoonosis merupakan penyakit hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Saat ini, penyakit zoonosis yang menjadi prioritas di Indonesia antara lain adalah leptospirosis, antraks, rabies dan flu burung. Pengendalian penyakit zoonosis dilakukan dengan pendekatan One Health yang membutuhkan kolaborasi antara sektor kesehatan dengan sektor pertanian.

Materi kedua adalah Pemeriksaan Sampel pada Antraks yang disampaikan oleh drh. Indarto Sudarsono, M.MT dari Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates. Dipaparkan mengenai pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan di BBVet Wates untuk diagnostik antraks, yaitu pemeriksaan PCR dan kultur. Selain itu, BBVet Wates juga melakukan pemeriksaan IgG menggunakan metode ELISA untuk mengetahui status kekebalan/antibodi, terutama pada hewan yang telah divaksin. Sampel yang biasa diambil pada kejadian antraks pada ternak adalah darah dan organ hewan yang sakit/mati, tanah yang diduga tercemar bakteri antraks, swab/usap permukaan yang diduga tercemar, dan limfa jika ternak sudah terlanjur dibedah. Materi terakhir disampaikan oleh dr. Dhani Redhono Harioputro, Sp.PD., KPTI., FINASIM dengan judul Diagnosis dan Tata Laksana Antraks. Terdapat 3 manifestasi antraks, yaitu antraks kulit, gastrointestinal, dan inhalasi. Ketiga manifestasi antraks tersebut terkait dengan cara masuknya bakteri antraks ke dalam tubuh manusia. Diagnosis antraks pada manusia dilakukan menggunakan metode mikroskopis (pengecatan Gram), pemeriksaan IgG anti-PA serum, DFA, dan PCR. Kasus antraks diklasifikasikan ke dalam kasus suspek, probable, dan konfirmasi.

Pada sesi tanya jawab, dilakukan verifikasi kasus antraks di Wonogiri sesuai dengan kriteria kasus dan penjelasan mengenai upaya pengendalian antraks pada hewan. Disepakati beberapa rencana tindak lanjut, antara lain sosialisasi asuransi ternak, sosialisasi penyembelihan hewan yang aman dan halal, pelibatan secara aktif semua unsur masyarakat untuk memantau dan melaporkan dugaan kasus antraks, penguatan lintas batas kabupaten dalam lalu lintas ternak, dan penguatan tim One Health Kabupaten.