Survei Rodent pada Kegiatan Surveilans Faktor Risiko Leptospirosis di Kabupaten Sleman


Kasus leptospirosis akhir-akhir ini mengalami peningkatan dibeberapa daerah kabupaten/kota di DI Yogyakarta, salah satunya terjadi di wilayah Kabupaten Sleman. Pada tahun 2022 terdapat kasus sebanyak 48 kasus dengan kasus meninggal 5 (CSR 9%) dan meningkat ditahun 2023 menjadi 55 kasus meninggal 6 kasus (CSR 10,9%) sampai bulan Mei. Dengan adanya peningkatan kasus tersebut dan sebagai kewaspadaan terhadap KLB (Kejadian Luar Biasa) maka Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman meminta bantuan ke BBTKLPP Yogyakarta untuk melakukan Survey Rodent pada daerah yang berpotensi KLB melalui Surat No. 440/7183 Tanggal 4 Juli 2023 Perihal Permohonan Survey Rodent. Lokus yang dilakukan survey rodent yaitu wilayah Puskesmas Minggir dan Puskesmas Ngemplak II. Menindaklanjuti surat tersebut maka BBTKLPP Yogyakarta bersedia membantu pelaksanaan survei rodent di dua lokus yang telah ditentukan. Selain itu BBTKLPP Yogyakarta juga mensuport alat dan bahan habis pakai untuk survey rodent dan upaya pengendalian penyakit faktor risiko leptospirosis. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas Sanitarian dan Entomolog BBTKLPP Yogyakarta bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Puskesmas, dan Kader setempat.

Pelaksanaan kegiatan survey rodent, pengambilan sampel lingkungan dan identifikasi tikus di wilayah Puskesmas Minggir dilakukan pada tanggal 24 - 25 Juli 2023 dan wilayah Puskesmas Ngemplak tanggal 31 Juli - 1 Agustus 2023. Pada hari pertama dilakukan sosialisasi tentang Surveilans Rodent dan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan inspeksi kesehatan lingkungan rumah, wawancara penduduk dan pemasangan perangkap tikus (trap) di rumah warga dan lingkungan. Trap yang dipasang pada masing-masing lokus sebanyak 150 trap disekitar area kasus, dengan rincian 50 trap di dalam rumah, 50 trap di luar rumah dan 50 trap di lingkungan (sawah/kebun). Umpan tikus yang dipasang diantaranya kelapa bakar, sosis goreng, bakso goreng, pindang goreng, dan ubi goreng. Diharapkan dengan berbagai variasi umpan ini bisa lebih menarik tikus untuk memakannya. Pada hari kedua dilakukan pengumpulan tikus yang tertangkap; pengambilan sampel air dan tanah; pengambilan sampel darah untuk mendapatkan serum yang akan diperiksa dengan metode MAT guna mendeteksi serovar bakteri leptospirosis; penyisiran badan tikus untuk mengetahui adanya ektoparasit yaitu pinjal dan mites; identifikasi tikus dengan melakukan pengukuran panjang badan, panjang ekor, panjang kaki, panjang telinga, jumlah mamae (betina), panjang testis (jantan), penentuan jenis spesies tikus; dokumentasi tikus (posisi tengkurap, terlentang, miring dan ekor) untuk bukti identifikasi; kemudian dikanjutkan pembedahan untuk mendapatkan sampel ginjal yang akan diperiksa dengan metode PCR. Sampel air, tanah, serum dan ginjal tersebut dikirim ke Laboratorium BBPPVRP Salatiga untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Pada kegiatan ini juga dilakukan On The Job Training (OJT) pada petugas daerah agar dapat melakukan semua rangkaian kegiatan dengan baik dan lancar.

Hasil dari pemasangan perangkap di Desa Sendangrejo Minggir didapatkan 27 trap yang positif tikus (18%) dan Desa Ceper Wedomartani Ngemplak sebanyak 23 trap (15,3%). Dengan demikian angka keberhasilan penangkapan tikus di dua desa tersebut masih melebihi baku mutu lingkungan sesuai Permenkes No.2 Tahun 2023 yaitu <1%, sehingga diharapkan penduduk setempat untuk meningkatkan kebersihan agar populasi tikus berkurang. Spesies tikus yang tertangkap di Desa Sendangrejo Minggir yaitu Ratus Tanezumi/tikus rumah (96.4%) dan Bandicota Indica (3,6%), sedangkan di Desa Ceper Wedomartani Ngemplak yaitu Ratus Tanezumi/tikus rumah (75%), Bandicota Indica (12,5%) dan Ratus Argentiventer/tikus sawah (12,5%). Berdasarkan hasil survei tikus dan pengambilan sampel ini diharapkan dapat sebagai bahan pengendalian populasi tikus kedepannya sehingga tidak lagi terjadi adanya kasus leptospirosis di masyarakat, serta kepada para petugas daerah dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat.