- Kamis, 14 Desember 2023, 14:00:00
- Admin
- 1153 dibaca
- Kemenkes, Ditjen P2P, Ditjen Kesmas, B/BTKLPP, BBTKLPP Yogyakarta, BBLabkesmas Yogyakarta
Antraks merupakan salah satu penyakit zoonotis terabaikan (neglected zoonotic disease) yang masih menjadi isu global dan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Persistensi spora antraks dapat menyebabkan terjadinya epidemi regular, selain itu antraks juga menjadi perhatian dunia karena spora antraks mempunyai potensi untuk digunakan sebagai senjata biologis atau bioterorisme dengan tingkat kematian yang tinggi. Di Indonesia, kasus antraks pada manusia terakhir dilaporkan pada bulan Juli 2023 di Kabupaten Gunungkidul, DIY yang merupakan daerah endemis antraks. Sebagai bentuk kesiapsiagaan atau kewaspadaan dini penyakit antraks dan untuk diagnosis kasus secara cepat diperlukan perluasan laboratorium rujukan pemeriksa antraks. Perluasan laboratorium rujukan pemeriksa antraks dilakukan melalui pelatihan/peningkatan kapasitas petugas dalam deteksi dini kasus antraks dan faktor risiko lingkungan.
Workshop deteksi dini kasus antraks pada manusia dan faktor risiko lingkungan diselenggarakan oleh Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan, Ditjen P2P Kemenkes R.I. bekerjasama dengan Indonesia One Health University (Indohun) dan One Health Laboratory Network OHLN yang mengundang peserta petugas surveilans dan laboratorium di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Tier 4 dan 5 dengan prioritas wilayah yang kemungkinan ditemukan kasus antraks. Bertempat di Kampus 2 Bapelkes Semarang, workshop berlangsung pada tanggal 3 – 9 Desember 2023. Peserta workshop dari BBTKLPP Yogyakarta adalah Pama Rahmadewi, S.K.M. (Epidemiolog Kesehatan Ahli) dan Yuli Astantin, S.ST. (Pranata Laboratorium Kesehatan Ahli Muda).
Narasumber yang dihadirkan pada workshop ini adalah para profesional di bidang pemeriksaan penyakit antraks yang berasal dari PAMKI (Persatuan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia) dan Balai Besar Penelitian Veteriner Wates dibawah naungan Asosiasi Biorisk Indonesia (ABI). Bagi peserta, workshop ini memberikan berbagai insight mengenai update situasi terkini antraks di Indonesia, informasi tentang pengendalian wabah antraks, informasi penegakan diagnosis dan tata laksana kasus antraks, aspek Biosafety dan Biosecurity dalam investigasi dan diagnostik penyakit antraks, pengujian spesimen antraks di laboratorium, sharing pelaksanaan penyelidikan epidemiologi/investigasi kasus antraks pada manusia, serta bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan jaringan surveilans antraks di Indonesia. Peserta berharap, setelah mengikuti workshop ini dapat turut berperan dalam mempersiapkan laboratorium untuk pemeriksaan antraks, meningkatkan dan memperkuat jejaring one health, memperkuat implementasi Biosafety dan Biosecurity di seluruh jejaring laboratorium Indonesia, mengupayakan simplifikasi pengiriman sampel infeksius ke laboratorium rujukan, dan membantu edukasi terkait antraks pada masyarakat di daerah beresiko.