- Senin, 05 Februari 2024, 11:31:00
- Admin
- 8163 dibaca
- Kemenkes, Ditjen Kesmas, BBLabkesmas Yogyakarta, Survei Petugas Pelayanan, Pengendalian, Leptospirosis
Acara Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Tikorda dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Leptospirosis Terpadu Lintas Sektor di Kabupaten Demak diselenggarakan di kantor Pemda Kabupaten Demak pada hari Kamis, 1 Februari 2024 yang dihadiri oleh perwakilan USAID, WHO, IDDS, Kemenkes, BRIN, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Lingkungan Salatiga , Bupati Demak beserta Dinas Kesehatan dan OPD Kab Demak, RS Sultan Fatah, RS Sunan Kalijaga, Kepala Puskesmas se-Kab. Demak, dan secara daring dihadiri oleh BBVeteriner Wates dan Timja Takelmas Ditjen Kesmas Kementerian Kesehatan. BBLabkesmas Yogyakarta diwakili oleh Epidemiolog Madya dr. Dwi Amalia, M.P.H., Epidemiolog Muda Heni Amikawati, S.K.M. dan PLK Mahir Rini Setiyaningsih, AMAK.
Acara dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Demak dr. H. Ali Maemun, M.Kes., yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa angka kejadian leptospirosis di Kab. Demak cukup tinggi. Kondisi lingkungan yang belum baik dan PHBS yang rendah ditengarai sebagai faktor risiko leptospirosis di Kab. Demak. Pada tahun 2023, di semua kecamatan dilaporkan adanya kasus leptospirosis sehingga kegiatan pengendalian leptospirosis perlu ditingkatkan. Dukungan bersama lintas sektor dengan semangat surveilans sangat diperlukan untuk mewujudkan Demak bebas dari leptospirosis.
Sambutan selanjutnya oleh Ketua Timja Zoonosis dr. Yullita Evarini Yuzwar yang mewakili Direktur P2PM menyampaikan bahwa Indonesia merupakan hotspot penyakit menular. Pada tahun 2023, sebanyak 15 provinsi melaporkan adanya kasus leptospirosis. Kasus tertinggi ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan D.I.Yogyakarta. Dalam 5 tahun terakhir CFR cenderung menurun karena tata laksana penanganan kasus leptospirosis sudah berjalan baik dan kasus cepat ditangani sehingga tidak terjadi kematian. Pada tahun 2022 dilakukan fasilitasi pengendalian leptospirosis di Kabupaten Demak dengan kegiatan meliputi Joint Risk Assessment, advokasi ke bupati, dan pembentukan tikorda dengan regulasinya. Keberhasilan yang telah tercapai di Kab. Demak dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan.
Perwakilan USAID, ibu Monica M., dalam sambutannya menyampaikan sangat senang dapat melihat peran dan testimoni masing-masing pihak yang terlibat dalam penanganan dan pengendalian leptospirosis di Demak. Kasus leptospirosis naik tetapi tatalaksananya bagus sehingga CFR kecil. Penanganan penyakit lebih baik apabila ditangani bersama dan respon secara terpadu. Bersama bisa berbuat lebih banyak untuk masyarakat.
Setelah sambutan, disampaikan beberapa paparan antara lain: Perkembangan situasi kegiatan tikorda dalam pencegahan dan pengendalian leptospirosis terpadu lintas sektor di Kabupaten Demak oleh Kabid P2P DKK Demak (Heri Winarno, S.K.M., M.Kes.); Desa mandiri sampah Desa Tempuran Kecamatan Demak disampaikan oleh Bapak Eko; Pengembangan deteksi serta karakteristik genomik dan epidemiologi molekuler pes, leptospirosis, ricketsia, hantavirus di Jawa Timur dan Jawa Tengah oleh Farida Dwi Handayani, S.Si, M.Si. (BRIN); dan Keberlanjutan Dukungan Laboratorium dalam Surveilans Leptospirosis oleh masing - masing perwakilan dari BBLabkesmas Yogyakarta, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Lingkungan Salatiga, Timja Takelmas Ditjend Kesmas, BBVeteriner Wates, dan Labkesda Kabupaten Demak.
Setelah paparan dan diskusi, acara ditutup oleh Kepala Bidang P2P DKK Demak Bapak Heri Winarno, S.K.M., M.Kes. dengan ucapan terimakasih untuk dukungan pengendalian leptosirosis di Kabupaten Demak.