BB Labkesmas Yogyakarta hadiri Pertemuan Nasional Evaluasi SKDR


Indonesia rentan terhadap ancaman penyakit dan masalah kesehatan karena lokasinya yang strategis dan banyaknya pintu masuk negara baik melalui darat, laut, dan udara. Penyebaran penyakit dapat terjadi jika tidak ada strategi yang efektif untuk menghadapi ancaman-ancaman tersebut. Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit bisa terjadi tanpa memandang batas wilayah, waktu, atau siapa yang terinfeksi. Oleh karena itu perlu kewaspadaan terhadap infeksi virus maupun bakteri yang sedang merebak karena berpotensi dapat menimbulkan KLB/wabah, pandemi maupun Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.

Saat ini Indonesia memiliki Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SDKR) yang akan memberikan sinyal peringatan (alert) jika ada kejadian atau peningkatan penyakit yang tidak lazim di suatu wilayah. SKDR merupakan sistem aplikasi kewaspadaan dini terhadap penyakit berpotensi KLB sebagai bentuk dari laporan mingguan (W2) yang digunakan oleh puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk melakukan PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) yang memiliki potensi wabah. Dalam aplikasi SKDR terdapat dua jenis surveilans yang dilaksanakan yaitu surveilans berbasis indikator yang merupakan pelaporan rutin secara mingguan terhadap 24 gejala/penyakit yang dipantau dalam SKDR dan surveilans berbasis kejadian yang merupakan pelaporan segera penyakit/kejadian masalah Kesehatan dalam waktu 24 jam. SKDR diimplementasikan secara bertahap sejak tahun 2009 dan saat ini sudah dilaksanakan di 38 provinsi di seluruh Indonesia. Untuk mengetahui gambaran implementasi SKDR secara nasional, maka pada hari Selasa–Jumat, tanggal 11 s.d. 14 Juni 2024 bertempat di Harris Hotel Batam Centre Jl. Engku Putri, Batam dilaksanakan Pertemuan Nasional (Pernas) Evaluasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon terhadap Penyakit Menular. Acara yang dibuka oleh Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan (dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.M.) ini dihadiri oleh peserta pusat yang terdiri dari Fakultas Kedokteran Universitas Pertahanan, Pusat Kesehatan TNI, universitas penyelenggara program FETP, BBPK Ciloto, Pusat Krisis Kesehatan, Tim Kerja Surveilans PD3I dan WUS, Tim Kerja Hepatitis dan ISP, Tim Kerja Laboratorium Surveilans, Tim Kerja Kekarantinaan dan Kesehatan, Unit Pengadaan Barang & Jasa Kemenkes, Bagian Administrasi Umum Direktorat Surkarkes, Tim Kerja Surveilans, CDC Indonesia, ABVC, JICA dan PAEI. Sedangkan peserta daerah terdiri dari penanggung jawab SKDR dinas kesehatan provinsi, penanggung jawab SKDR dinas kesehatan kabupaten/kota dengan kinerja terbaik, B/BKK seluruh Indonesia dan B/BLKM seluruh Indonesia. Dari BB Labkesmas Yogyakarta diwakili oleh Epidemiolog Kesehatan Ahli Muda (Heni Amikawati, S.K.M.).

Materi yang disampaikan selama Pernas SKDR antara lain Evaluasi Kinerja SKDR oleh dr. Triya Novita Dinihari (Katimja Surveilans), Evaluasi Sistem Informasi Zoonosis Emerging Diseases (SIZE) oleh dr. Nancy Dian Anggraeni, M.Epid. (Asisten Deputi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Kemko PMK), Multisource Surveillance oleh dr Kamal Mustofa, 717 Alliance & Risk Callender oleh dr Kamal Mustofa, Pengembangan Formulir Penyelidikan Epidemiologi (PE) Berbasis Google Forms oleh M. Thoriq A dan Rama, Pemanfaatan APBDes untuk SBM oleh Ir. Eppy Lugiarti, MP (Kementerian desa PDTT), Surveilans Berbasis Masyarakat untuk Penguatan SKDR oleh Eka Muhiriyah S.Pd, M.K.M., Pembelajaran SBM disampaikan oleh DR. dr. Anung Sugihantoro, M.Kes dan dr. Iwan Ariawan, M.Sc. (AIHSP), Best Practice pelaporan EBS di BBKK Soekarno Hatta oleh Kadar Supriyanto, S.K.M., M.Kes., Best Practice pelaporan EBS di BBKK Makassar oleh Tubianto Anang Zulfikar, S.K.M., M.Epid., Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular: Malaria, Zoonosis, Arbovirosis oleh dr. Asik Surya, M.P.P.M. (Katimja Arbovirosis), Integrasi Pelaporan KLB Keracunan Pangan oleh Adhi Sambodo, S.T. M.K.M. (Timja Penyehatan Pangan), Evaluasi Indikator Pengendalian Vektor oleh Yahiddin Selian, S.K.M., M.Sc. (Katimja Tular Vektor), Evaluasi Indikator Penyakit Infeksi Emerging oleh drh. Endang Burni P, M.Kes, dan Pengembangan Surveilans Sentinel penyakit potensial KLB oleh dr. Endah Kusumowardani, M.Epid. (Katimja Laboratorium Surveilans) Rencana tindak lanjut untuk B/BLKM antara lain 1. Mengidentifikasi petugas pelapor SKDR, dan apabila terdapat perubahan agar diinformasikan kepada Tim Kerja Surveilans/PHEOC sehingga akan bisa ditindak lanjuti untuk pelatihan atau penyegaran dari tim pusat, 2. Meningkatkan kegiatan penemuan kasus dan pelaporan EBS dalam konteks laboratorium.

Pernas SKDR ditutup oleh Katimja Surveilans dr. Triya Novita Dinihari dengan harapan terjalin jejaring dari Sabang sampai Merauke, saling membantu dan kompak dalam implementasi SKDR. Surveilans Kuat, Indonesia Hebat.