Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang belum eliminasi filariasis dengan sembilan kabupaten/kota yang masuk kategori endemis filariasis. Dalam rangka upaya eliminasi filariasis, dilakukan program pemberian obat pencegahan massal (POPM) filariasis di sembilan kabupaten/kota endemis tersebut satu tahun sekali selama 5 (lima) tahun berturut-turut. Pelaksanaan POPM filariasis selama 5 tahun telah terpenuhi di Kabupaten Pekalongan, Blora dan Pati. Pelaksanaan POPM filariasis tahun ke-5 telah selesai pada tahun 2019, sehingga pada tahun 2020 perlu dilakukan evaluasi. Namun karena adanya Pandemi COVID 19, pelaksanaan evaluasi pasca POPM filariasis baru dapat dilaksanakan pada tahun 2021.
Pelasanaaan kegiatan Survei Evaluasi Prevalensi Mikrofilaria Pasca POPM Filariasis (Pre-TAS) di Kabupaten Blora dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu (1) Pengumpulan Data; (2) Pembekalan Teknis Petugas Pelaksana Survei; dan (3) Pengumpulan Spesimen. Tahap pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2021 untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan khususnya terkait pemilihan lokasi kegiatan yang terdiri dari 2 lokasi yaitu desa sentinel dan desa spot, dan kesiapan petugas daerah dalam mendukung pelaksanaan survei.
Selanjutnya, dilakukan pembekalan teknis petugas pelaksana survei atau On Job Training (OJT) pada tanggal 26 Februari 2021 yang dilakukan dalam rangka mengkomunikasikan pelaksanaan kegiatan survei Pre - TAS dan mempersiapkan tenaga daerah yang berjumlah 20 orang dalam pelaksanaan survei seperti pengambilan darah jari, pembuatan sediaan, pewarnaan, dan pemeriksaan sediaan Survei Darah Jari (SDJ).
Kegiatan pengumpulan spesimen berlangsung selama 5 hari, pada tanggal 1 – 5 Maret 2021 di wilayah Puskesmas Kunduran yaitu Desa Tawangrejo sebagai Desa sentinel, dan wilayah Puskesmas Blora yaitu Desa Jepangrejo sebagai Desa spot, dengan jumlah target sampel 300 spesimen SDJ di setiap lokasi survei (satu desa). Tim pengumpulan spesimen merupakan gabungan petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, Puskesmas Kunduran, Puskesmas Blora, Kader Desa Tawangrejo, Kader Desa Jepangrejo, perangkat Desa terkait, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dan petugas BBTKLPP Yogyakarta yang terdiri dari JFT Epidemiolog Kesehatan Ahli Madya (Dian Trikoriati, ST, SKM, M.P.H.), JFT Epidemiologi Ahli Muda (Imam Wahjoedi, S.K.M., M.P.H.), JFT Epidemiologi Ahli Muda (Heldhi B. Kristiyawan, S.K.M., M.Eng.), JFT Pranata Laboratorium Kesehatan Mahir (Yulianta, S.ST.), dan JFU Pranata Laboratorium Kesehatan (Dwoyo Giatmoko). Kegiatan Pengumpulan Spesimen di kedua desa diawali dengan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan tujuan kegiatan dan tata cara pelaksanaan kegiatan pengambilan spesimen SDJ yang dilaksanakan pada malam hari (pukul 21.00 s.d 02.00 WIB) sehingga diharapkan adanya kepedulian dalam meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan ini. Hasil sosialisasi ini cukup efektif karena dari hasil pengumpulan spesimen SDJ yang dilaksanakan didapatkan 302 orang responden di Desa Tawangrejo yang berusia antara 7 - 75 tahun, dengan proporsi 47% adalah laki-laki dan 53% perempuan. Selanjutnya, untuk Desa Jepangrejo terjaring sebanyak 303 orang responden berusia antara 5 – 73 tahun dengan proporsi 52% laki-laki dan 48% perempuan. Dalam tahap pengumpulan spesimen ini, dilakukan supervisi/monitoring kegiatan oleh Kepala BBTKLPP Yogyakarta (Dr. dr. Irene, M.K.M.) dan Koordinator Bidang Surveilans Epidemiologi (dr. Yohanna Gita Chandra, M.S.). Setelah itu, spesimen darah jari yang terkumpul akan diproses lebih lanjut di Instalasi Laboratorium Parasitologi BBTKLPP Yogyakarta untuk mengidentifikasi keberadaan mikrofilaria.
Model Teknologi Desinfeksi Air dengan Teknik Deep Down Ultraviolet.jpg