Kegiatan Surveilans Penemuan Kasus TB Baru dan Pemantauan Pengobatan di Pondok Pesantren di Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah


(Bantul-20/09/2021). Upaya pengendalian Tuberkulosis (TBC) merupakan tantangan yang harus kita hadapi dan sikapi bersama dengan sungguh-sungguh. Menurut hasil Riskesdas 2018 setiap tahun diperkirakan muncul 842.000 kasus TBC Baru di Indonesia dan baru sekitar 68% yang berhasil ditemukan dan diobati, sedangkan sisanya masih diupayakan untuk segera ditemukan dan diobati. Dukungan dari seluruh jajaran kementerian/lembaga, TNI-Polri, Pemerintah Daerah dan Akademisi serta seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan, agar masalah TBC segera diselesaikan dan tidak lagi menjadi masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan Eliminasi Tuberkulosis pada tahun 2030, Indonesia mengupayakan meningkatkan penemuan dan pengobatan kasus TB di seluruh Indonesia. Berbagai upaya dilakukan antara lain melalui pelacakan/surveilans aktif, investigasi kontak dan screening secara intensif dan masif berbasis keluarga dan masyarakat dengan tujuan agar dapat memutus mata rantai penularan TBC di masyarakat. Pelacakan dan investigasi kontak ini ditujukan pada orang-orang yang kontak dengan pasien TBC (sebagai Indeks kasus) untuk menemukan terduga Tuberkulosis, kemudian akan dirujuk ke layanan kesehatan untuk pemeriksaan lanjutan, bila terdiagnosis TBC akan diberikan pengobatan yang tepat dan sedini mungkin.

Untuk mendukung program penanggulangan TBC dan upaya meningkatkan penemuan kasus TBC Baru di daerah, khususnya di daerah Provinsi Jawa Tengah, BBTKLPP Yogyakarta berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap untuk melakukan Surveilans Penemuan Kasus TB Baru dan Pemantauan Pengobatan di Pondok Pesantren di Kabupaten Cilacap.

Untuk mempersiapkan pelaksanaan surveilans tersebut pada tanggal 26-27 Agustus 2021 Tim BBTKLPP Yogyakarta telah melakukan tahap pengumpulan data awal, sekaligus koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap dan Puskesmas setempat yang menjadi wilayah lokasi fokus (lokus) yang dihadiri oleh JFT Epidemiolog Kesehatan Ahli Madya (Dian Trikoriati, S.T., S.K.M., M.P.H.), JFT Epidemiolog Kesehatan Ahli Muda (Imam Wahjoedi, S.K.M., M.P.H.), dan JFT Epidemiolog Kesehatan Ahli (Muhammad Tarmidzi S.K.M., M.Kes.). Tim BBTKLPP Yogyakarta disambut oleh Kepala Bidang P2P (Kuswantoro, S.K.M, M.Kes), Kasie P2PM (Hutomo Eko Prasetyo, S.K.M), Erna Hidayatiningrum, S.K.M (Pengelola Program), Yulian Adhisti, S.K.M (TO TB Kabupaten), Peni Sulistiowati, A.M.K (UPTD Puskesmas Kesugihan I). Dalam diskusi pertemuan tersebut ditetapkan lokasi fokus kegiatan ada di 3 (tiga) tempat Pondok Pesantren yaitu Ponpes Al Ihya ‘Ulumadin di wilayah Kecamatan Kesugihan, Ponpes Miftahul Huda dan Ponpes El Bayan berada di wilayah Kecamatan Majenang. Dasar penetapan lokus adalah Ponpes tersebut hunian santrinya cukup padat dengan tingkat Pendidikan mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi, selain itu hasil screening yang dilakukan oleh Puskesmas dilaporkan adanya kasus TBC Baru yang belum selesai pengobatannya, sehingga dikhawatirkan di dalam Ponpes telah terjadi kontak antara pasien TBC dengan santri lain di dalam Ponpes tersebut. Untuk jumlah responden ditetapkan 150 orang santri dengan kriteria inklusi adalah yang sering melakukan kontak erat dengan kasus dan atau yang mengalami batuk terus menerus selama 3 minggu atau lebih, sesak nafas, nyeri dada, berat badan turun, demam/meriang lebih dari satu bulan dan gejala-gejala yang dicurigai sakit TBC.

Kemudian tahap pelaksanaan pengumpulan spesimen dan wawancara dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2021 - 1 September 2021. Kegiatan pada tanggal tanggal 30 Agustus 2021 adalah di Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap adalah menyampaikan teknis pelaksanaan kegiatan, diskusi bersama Pemegang Program dan Wasor TB (Officer Global Fund TB), sekaligus menyerahkan logistik berupa responden kit untuk santri, masker dan lisol untuk Ponpes kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap untuk selanjutnya akan diserahkan kepada Ponpes sebagai lokus kegiatan. Hari kedua, tim menuju lokus kegiatan di 2 (dua) kecamatan, sehingga personil petugas harus dibagi menjadi 2 (dua) Tim. Tim I ke Ponpes Al Ihya ‘Ulumaddin di Kecamatan Kesugihan yang terdiri dari petugas BBTKLPP Yogyakarta (Ibu Dian Trikoriati, Zamiluni Hanif), petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap (Bapak Kuswantoro, Bapak Hutomo, Bapak Kuat, Ibu Neva), petugas Puskesmas Kesugihan (dr. Arif , Ibu Peni, Bapak Kartum). Sedangkan Tim II ke Ponpes Miftahul Huda dan Ponpes El Bayan di Kecamatan Majenang terdiri dari petugas BBTKLPP Yogyakarta (Bapak Imam Wahjoedi, Bapak M. Tarmidzi, Ibu Dwi Susilowati), petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap (Ibu Erna Hidayatiningrum, Ibu Yulian Adhisti), petugas Puskesmas Majenang (Ibu Getra Anggia S, Ibu Yani Ruyani). Kegiatan diawali dengan penyerahan bantuan logistik kepada Kyai Pengurus masing-masing Ponpes, kemudian petugas melakukan wawancara menggunakan instrument yang sudah divalidasi. Wawancara dilakukan terhadap petugas kesehatan, santri kasus dan santri terduga suspek. Dilanjutkan dengan pengambilan sampel kualitas udara, sampel usap ruangan (di ruang belajar, kamar tidur, dan masjid) dan observasi/pengamatan lingkungan pondok pesantren. Hari ketiga (tanggal 1 September 2021) agendanya adalah pengambilan sputum/dahak terhadap santri yang memiliki kriteria inklusi. Pengambilan sputum/dahak dilakukan sebanyak 2 (dua) kali untuk setiap responden yaitu secara SP (sewaktu dan pagi), specimen/sputum dimasukkan ke dalam POT sputum. Spesimen/sputum diperiksa oleh petugas puskesmas terlatih dengan menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM).