- Rabu, 02 Februari 2022, 15:00:00
- Admin
- 3408 dibaca
- TAS, Program, Kecacingan, BBTKLPP Yogyakarta
Pada tanggal 24 – 28 Januari 2022, Substansi Filariasis dan Kecacingan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) bekerjasama dengan RTI International - Act to End NTDs | East menyelenggarakan Pelatihan Supervisor TAS (Transmission Assesment Survey) Filariasis Tahun 2022 di Jakarta. Kegiatan pelatihan ini merupakan salah satu upaya Penanggulangan Filariasis dalam rangka eliminasi Filariasis di Indonesia dengan melakukan Survei Penilaian Penularan Filariasis atau Transmission Assessment Survey/TAS pasca Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) pada kelompok usia yang paling rentan tertular yaitu anak usia 6-7 tahun untuk memastikan pelaksanaan TAS dapat dilakukan dengan kualitas yang sama di seluruh Indonesia. Pelatihan diikuti oleh 20 peserta yang terdiri dari 19 peserta dari 10 Balai Besar dan Balai Teknis Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (B/BTKLPP) dan 1 peserta dari Substansi Filariasis dan Kecacingan. Peserta dari BBTKLPP Yogyakarta adalah Epidemiolog Kesehatan (Tarsini dan Restu Wiratni).
Acara diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh seluruh peserta, dilanjutkan penyampaian laporan kegiatan oleh Koordinator Filariasis dan Kecacingan (Lita Renata Sianipar, S.K.M., M.Epid.) yang menyampaikan Pelatihan Supervisor TAS Filariasis Tahun 2022 diharapkan dapat menjadi standar yang sesuai yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan berdasarkan guidelines WHO. Pada tahun 2022 ada sekitar 106 Kabupaten/Kota yang akan dilaksanakan evaluasi penilaian penularan Filariasis dan dengan adanya keterbatasan SDM di tingkat program Filariasis nasional, maka diselenggarakan pelatihan ini yang rencananya akan dibagi menjadi 3 Angkatan, (Angkatan 1: 10 B/BTKLPP, Angkatan 2: Dinas Kesehatan Provinsi dan Angkatan 3: Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota), pada pelatihan angkatan 1 yang diikuti oleh 20 peserta. Selanjutnya, arahan dan sambutan sekaligus membuka acara oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis (P2PTVZ), Dr. drh. Didik Budijanto, M. Kes. yang menyampaikan dengan adanya target Indonesia Bebas Filariasis 2030 maka dalam penanggulangan filariasis terdapat dua strategi utama yang akan ditempuh untuk penanggulangannya yaitu menghentikan penularan penyakit dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup untuk pengelolaan morbiditas pencegahan kecacatan (MMDP). Tahapan Program untuk menghentikan rantai penularan adalah Pemetaan, POPM, Surveilans pasca POPM, dan Validasi. Surveilans pasca POPM dilakukan untuk memastikan pemutusan rantai penularan berkelanjutan melalui Transmission Assessment Survey/TAS yang dilakukan tiga kali dengan jangka waktu dua tahun dari setiap survei. TAS pertama untuk menilai apakah POPM bisa dihentikan, TAS kedua dan ketiga untuk menilai bahwa tingkatan penularan tetap berada di tingkatan aman walaupun POPM sudah dihentikan. Tujuan pelatihan ini adalah untuk memastikan evaluasi TAS bisa dilakukan dengan kualitas yang sama di seluruh Indonesia serta diharapkan adanya supervisor yang memahami tujuan evaluasi TAS dan bisa memberikan umpan balik yang baik dan benar dari setiap TAS yang dilakukan. Selain itu, dalam pelatihan ini juga diharapkan terbentuknya system pencatatan dan pelaporan yang baik antara pelaksana survai dan program Eliminasi Filariasis Nasional.
Pelaksanaan pelatihan yang dimulai pada tanggal 25 – 28 Januari 2022 dilakukan dalam dua sesi, yaitu sesi teori dan latihan praktek secara individu maupun kelompok. Materi yang diberikan adalah tentang Transmission Assessment Surveys (TAS) yang terdiri dari 10 modul selama 2 hari yang diisi oleh 7 orang fasilitator yaitu Lita Renata Sianipar, S.K.M., M.K.M., dr. Solihah Widyastuty,M.Epid., Prof. Dr. Dra. Taniawati Supali, dr. Ajie Mulia Avisena, M.Epid, dr. Eksi Wijayanti, M.Epid, Hipokrates, SKM, dan Sunardi, S.K.M.,M.K.M. Sebelum memulai pelatihan seluruh peserta mengisi pre test.
Selanjutnya, sesi praktek dilakukan selama satu hari melalui demonstrasi penggunaan test diagnostik, role play (organisasi dan pelaksanaan TAS berbasis sekolah) dengan membagi peserta menjadi 4 kelompok, dan demonstrasi lapangan pada pengorganisasian survei yang dilaksanakan di SDN Nanggewer 1 Cibinong, Puskesmas Cibinong Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan dilanjukan dengan pembuatan laporan praktek lapangan.
Sebagai hasil dari pelatihan dilakukan penyampaian hasil diskusi dan hasil kerja praktek lapangan oleh 4 kelompok. Acara ditutup dengan pengerjaan post test oleh seluruh peserta dan peraih tiga nilai tertinggi post test, salah satunya adalah peserta dari BTKLPP Yogyakarta. Kegiatan pelatihan berlangsung dengan efektif dan telah berjalan dengan lancar dan diharapkan setelah pelatihan ini peserta dapat menjadikannya sebagai bekal dalam implementasi pelaksanaan kegiatan TAS Filariasis di wilayah kerja masing-masing peserta.