Respon Kejadian Bencana Banjir di Kabupaten Banyumas


Hujan deras dengan intensitas tinggi yang melanda Kabupaten Banyumas mulai tanggal 15 Maret 2022 dan berlangsung hingga hari Minggu tanggal 20 Maret 2022, menyebabkan Sungai Gatel dan Sungai Ijo meluap sehingga terjadi banjir. Rumah warga yang berada di daerah aliran sungai terendam air dengan ketinggian 30-100 cm. Wilayah yang terdampak banjir antara lain di Kecamatan Sumpiuh, Kemranjen, dan Tambak. Ratusan warga mengungsi pada pos-pos pengungsian yang disediakan oleh pemerintah desa setempat. Sumur warga terdampak banjir menjadi tercemar dan keruh sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.

Menindaklanjuti kejadian tersebut, pada tanggal 21-22 Maret 2022 BBTKLPP Yogyakarta yang terdiri dari fungsional epidemiolog, sanitarian dan petugas laboratorium serta didampingi oleh Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas beserta Sanitarian Puskesmas melaksanakan Rapid Health Assesment dan pemantauan kualitas air pada warga terdampak banjir.

Kegiatan diawali dengan menyerahkan logistik untuk penanganan bencana diantaranya kaporit, PAC, kapur, desinfektan lantai, chlorine diffuser, dan hygiene kit individu. Paket logistik tersebut diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas untuk dapat didistribusikan ke Puskesmas-Puskesmas pada area terdampak banjir.

Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan kegiatan Rapid Health Assesment, Inspeksi Kesehatan Lingkungan Sarana Air Bersih dan pengambilan contoh uji air bersih pada tempat-tempat pengungsian yang masih beroperasi sebanyak 8 tempat di Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Sumpiuh, dan Kecamatan Tambak. Sebagian warga telah meninggalkan lokasi pengungsian karena banjir telah berangsur-angsur surut, namun dapur umum masih beroperasi untuk memenuhi kebutuhan makanan siap saji bagi warga yang terdampak banjir. Pengambilan sampel air di lokasi pengungsian dilakukan untuk mengetahui kualitas air bersih yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pengungsi baik sebagai air baku air minum maupun untuk keperluan hygiene sanitasi (mandi/cuci).

Sebagai upaya identifikasi dampak bencana terhadap kualitas air bersih masyarakat, dilakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Sarana Air Bersih dan pengambilan sampel pada sumur penduduk sebanyak 8 titik. Selain itu dilakukan praktek pengolahan air untuk menjadikan air sumur menjadi jernih, dimulai dari penambahan bahan pengatur pH, kemudian penambahan bahan koagulan sampai terbentuk flok dan mengendap sempurna. Penjernihan yang dilakukan membutuhkan bahan koagulan lebih banyak dari dosis yang biasa digunakan, hal ini disebabkan karena kadar natrium, khlorida, dan zat organik yang terdapat di air sumur. Secara teknis, proses penjernihan masih memungkinkan untuk dilakukan pada kondisi darurat bencana, walaupun dibutuhkan bahan kimia yang lebih banyak. Praktek disinfeksi air juga dilakukan di salah satu sumur warga menggunakan khlorin diffuser sederhana dengan memanfaatkan botol air minum bekas, kemudian diberi lubang dengan paku sejumlah kurang lebih 15 lubang dan diisi dengan kaporit dan media pelekat kaporit berupa pasir kasar, dengan perbandingan 1 : 1 (1 kaporit : 1 pasir kasar). Khlorin diffuser yang sudah berisi kaporit, siap digunakan untuk mendesinfeksi air sumur. Waktu kontak yang dilakukan pada praktek khlorinasi ini selama 5 menit untuk perkiraan volume air sumur sebanyak 8 meter kubik.