Survei Prevalensi Cacingan di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah


Survei prevalensi cacingan merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat prevalensi cacingan di suatu kabupaten/kota. Cacingan yang dimaksud dalam survei ini adalah infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths/STH) yaitu cacing yang dalam siklus hidupnya memerlukan tanah untuk berkembang menjadi bentuk infektif. Cacing golongan STH yang banyak di Indonesia adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator americanus).

Cacing golongan STH merupakan hewan parasit yang tinggal di dalam usus. Sebagai hewan parasit, STH tidak saja mengambil zat-zat gizi dalam usus, tetapi juga merusak dinding usus dan mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut. Sehingga cacingan dapat menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah. Dampak lebih luas dari infeksi STH ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas; menurunkan kualitas sumber daya manusia.

Kasus terhambatnya pertumbuhan pada anak atau lebih dikenal dengan istilah stunting juga dikaitkan dengan adanya infeksi STH. Secara nasional jumlah anak stunting masih dikategorikan tinggi. Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan angka stunting nasional sebesar 30,8% (standar WHO 20%). Untuk wilayah regional Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Klaten, angka stunting juga dikategorikan tinggi (31,22% dan 29,6%). Itu sebabnya pemerintah memasukkan penanggulangan stunting sebagai program prioritas nasional. Salah satu upaya pengendalian adalah melalui reduksi cacingan.

Program penanggulangan cacingan dimulai dengan mengurangi prevalensi cacingan dengan cara membunuh cacing penyebab melalui pengobatan untuk menekan intensitas infeksi (jumlah cacing per orang). Kabupaten Klaten telah melakukan pemberian obat pencegahan massal (POPM) cacingan selama 5 tahun (dimulai pada tahun 2016). Guna mengetahui efektifitas pengobatan penting untuk dilakukan survei prevalensi cacingan. Survei ini dilakukan dengan cara pemeriksaan sampel tinja pada anak sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah.

Dalam rangka persiapan pelaksanaan survei, pada tanggal 3 Desember 2022, diselenggarakan on the Job Training (OJT) survei prevalensi cacingan oleh BBTKLPP Yogyakarta bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten. Peserta OJT terdiri dari petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Klaten, Balkesmas Wilayah Klaten, Labkesda Klaten, serta petugas pengelola program dan analis laboratorium dari seluruh puskesmas di Kabupaten Klaten yang terlibat dalam survei ini. Dalam OJT diberikan materi: 1) overview kegiatan survei prevalensi cacingan di Kabupaten Klaten; 2) program pengendalian cacingan di Provinsi Jawa Tengah; 3) teknis survei prevalensi cacingan; 4) simulasi survei prevalensi cacingan; serta 5) praktek pembuatan sediaan Kato.

Selanjutnya pada tanggal 7-10 Desember 2022 dilaksanakan survei prevalensi cacingan di seluruh SD dan MI di Kabupaten Klaten, dengan sampel adalah siswa kelas 3, 4, dan 5, total sebanyak 630 siswa yang dipilih secara random dari 30 SD/MI di Kabupaten Klaten (tiap SD/MI sasaran melibatkan 21 siswa). Pemilihan SD/MI dilakukan secara sistematic random sampling. Hasil survei menunjukkan prevalensi kecacingan di Kabupaten Klaten sebesar 0% dengan pot kembali sebesar 82%.